Ayah Bunda ....
Komunikasi yang
harmonis penting bagi perkembangan harga diri anak . Ketika terjadi komunikasi
yang kompak dan tulus, kata-kata orang tua/pendidik akan sesuai dengan perasaan anak .
Komunikasi yang
sebenarnya melibatkan mengirim dan menerima pesan. Ketika menerima pesan,
seseorang harus ada kesediaan untuk memahami sudut pandang orang lain atau cara tersebut memandang dunia atau bahkan sebaiknya sampai memahami
keinginan dan tujuan yang tidak diucapkan.
Rasulullah adalah contoh
manusia yang memiliki kemampuan berkomuniksi yang hebat. Sehingga Beliau
dicintai oleh seluruh lapisan manusia , mulai anak-anak hingga orang dewasa,
mulai dari sahabat, keluarga bahkan musuhpun mengakui kehebatannya, Subhanallah.
Ayah Bunda ...
Dalam keluarga komunikasi
merupakan hal yang sangat penting, banyak masalah yang disebabkan oleh
komunikasi yang buruj , tetapi banyak juga masalah yang dapat diselesaikan
dengan komunikasi yang baik.
Membangun komunikasi yang
harmonis dalam keluarga, antara suami dan isteri juga anatara orangtua dan anak
wajib dibangun atas dasar kasih sayang dan ibadah. Betapa bahagianya jika
keharmonisan itu terjalin dalam keluarga kita, sehingga keluarga kita menjadi
keluarga sakinah, mawaddah dan warahmah.
Dibawah ini beberapa tips
berkomunikasi semoga dapat menginspirasi kita sebagai orangtua :
- Gunakan ’pesan saya’ dari pada ’pesan kamu’ yang cenderung menyalahkan orang lain atau menimbulkan rasa malu atau rasa bersalah
-
’ Aku marah’ bukan ’kamu membuat saya marah’.
-
” Ibu guru sulit untuk berbicara jika kelas ini
berisik” bukan ” kamu semua ribut sekali sih”
- Hindari pernyataan atau yang memiliki 2 atau lebih arti
-
”Gambar ini bagus tapi kok pohonnya seperti permen
kojak”
-
”Ibu ingin kamu mandiri, jadi lakukan apa yang ibu
minta’
3. Sadarilah pesan tersembunyi pada
komunikasi lisan
- ” Sini ibu kerjalan ” ( kamu tidak mampu)
- ” Sini ibu kerjalan ” ( kamu tidak mampu)
- ”Maaf jangan ganggu Bapak ” ( kamu
tidak penting )
- ” Ibu guru senang cara Faiz
menceritakan pengalamannya ” ( kamu habat )
- Sadarilah arti tersembunyi dari nada suara dan isyarat non verbal lainnya
-
Menggeleng-gelengkan kepala dari kakan ke kiri
saaat mengatakan ya ( saya sebenarnya tidak senang kamu melakukan itu.....)
-
Mengatakan tidak marah atau sedih dengan suara
yang keras dan tidak tenang
- Hindari penggunaan ungkapan yang merendahkan/meremehkan seperti :
-
mengolok-olok ( si gendut, si malas, si pendek, si
kurus dll)
-
Bertanya dalam rangka menunjukkan kekurangan anak
didik
-
Menggunakan gaya bahasa sarkasme, ejekan dll.
- Mengungkapkan keyakinan, nilai yang kita anut dan pendapat sebagai cara pandang pribadi bukan sebuah kebenaran mati, dorong anak untuk melakukan hal yang sama kecuali hal-hal yang syar’i
- Terimalah keyakinan, nilai yang dianut orang lain dan pendapat orang lain sebagai cara pandang pribadi dan harus dihargai, dorong anak untuk melakukan hal yang sama .
- Hindari memberikan label pada anak dan bantu anak untuk menghindari melabel dirinya sendiri dan orang lain. Berikan label pada tingkah lakunya bukan orangnya.
-
” kamu mendorong temanmu sampai jatuh ” bukan ” kamu nakal sekali”
-
Melabel berarti membuat anak tidak mampu dan tidak
berdaya.
- Berikan umpan balik atau evaluasi konstruktif
-
Sebaiknya deskriptif bukan penilaian baik/buruk
-
Sebaiknya spesifik tidak global
-
Sebaiknya lebih fokus pada tingkah laku yang masih
dapat dirubah oleh anak didik.
No comments: