Ayah ibu…. Jika putra-putrinya telah masuk TK B biasanya kita sudah mulai mengajari mereka membaca bukan ? Bahkan ada yang diikutkan les membaca, menulis dan berhitung, karena kita khawatir tidak bisa masuk SD yang diinginkan. Nah… apakah itu perlu ? Apa sih yang sebaiknya dipersiapkan orangtua agar anak-anaknya kelak siap belajar di SD ?
Pendidikan usia 0-6 tahun merupakan pondasi bagi perkembangan selanjutnya , pola-pola pendidikan yang bermutu pada usia tersebut akan sangat membantu perkembangan anak selanjutnya dengan baik. Namun … sebaliknya jika di usia tersebut seorang anak tidak mendapatkan pendidikan yang bermutu maka kita juga akan mendapatkan masalah-masalah yang dapat menghambat perkembangannya.
Anak-anak awal sekolah dasar akan mengalami perubahan yang luar biasa, mereka akan mengalami perubahan dari sisi tahap perkembangannya ,selain itu mereka juga akan mengalami perubahan lingkungan dan model pembelajaran yang berbeda ketika mereka di TK .
Perubahan-perubahan itu sudah pasti akan dialami, tetapi kita sebagai orangtua tidak perlu cemas atau khawatir, apalagi jika kita telah memberikan pendidikan bermutu di usia sebelumnya. Namun mempersiapkan anak juga akan sangat membantu anak ketika mereka masuk ke SD. Nah apa saja yang harus disiapkan ?
Beberapa hal dibawah ini semoga dapat membantu :
1. Persiapkan mentalnya.
Jika sudah dekat waktunya, beri wawasan tentang kondisi di sekolah dasar.Mulai lingkungan sekolahnya, model belajarnya. Tetapi tidak boleh menakut nakutinya, misal : mengatakan kalau di SD itu bu gurunya galak, pelajarannya susah dll.
Dengan menakut- nakuti malah akan membuat anak cemas dan takut. Justru akan lebih baik jika kita memberinya motivasi, misal kita bisa memberinya wawasan, “kalau di SD adek akan bertambah banyak temannya, pelajarannya lebih menantang dan adek pasti bisa jika adek mau belajar dengan focus”.
2. Dilatih keterampilan hidup.
Ajarkanlah keterampilan hidup seperti memakai baju berkancing dan kaos, memakai celana, sabuk, memakai kaos kaki dan sepatu, makan sendiri, membersihkan diri setelah bak dan bab, menyisir dll. Keterampilan hidup ini akan mendidik anak menjadi mandiri dan percaya diri. Banyak anak yang cemas , tidak mau ditinggal orangtua, karena mereka ternyata belum bisa bak atau bab sendiri atau mengganti bajunya sendiri.
3. Mampu mengikuti aturan
Dari beberapa kasus yang kami alami di sekolah , masih banyak anak-anak kelas 1 bahkan kelas diatasnya yang masih sulit untuk memahami dan mentaati aturan. Control diri mereka lemah karena kurang dilatih. Supaya anak-anak dapat mengontrol dirinya, beri kesempatan pada mereka untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat mengaktifkan seluruh inderanya, seperti main pasir, ublek, playdoug, main air, memasak , mengenal berbagai bau, rasa dan tekstur dsb.
Jika inderanya sudah aktif anak-anak akan lebih mudah mengontrol/mengendalikan dirinya. Selain itu latih anak bertanggung jawanb dengan memberikan tugas-tugas sederhana dirumah secara konsisten, misalnya merapikan tempat tidurnya, membuang sampah, atau membantu membersihkan debu.
Dengan kebiasaan melaksanakan tugas di rumah, rasa tanggung jawab akan tumbuh sehingga memudahkan anak mudah mengikuti aturan dimanapun berada. Bersama keluarga membuat aturan keluarga dirumah dan dilaksanakan bersama juga akan membantu. Yang sulit jika di rumah tidak ada aturan, anak tidak pernah diberi tanggung jawab, dan semua keinginannya selalu dipenuhi tanpa dipilah, maka bersiaplah orang tua akan mengalami kesulitan sendiri dalam mengendalikan anak-anaknya kelak.
4. Mampu mengelola diri sendiri
Mengelola diri sendiri sangat dibutuhkan ketika anak belajar di sekolah dasar, kapan saatnya dia harus focus, kapan dia harus menanggapi, kapan dia boleh bermain dan kapan dia harus mengerjakan tugas. Dengan kemampuan mengelola diri dengan baik, maka anakpun akanbanyak menyerap pelajaran. Kemampuan ini berhubungan erat dengan control diri dan aturan yang telah dilatihkan. Jika anak telah mampu mengontrol dirinya dan dapat mengikuti aturan, Insya Allah dia juga akan mampu mengelola dirinya.
5. Mampu bekerjasama dengan teman menghasilkan karya yang realistis.
Kemampuan bekerjasama juga mengalami tahap-tahap diusia dini, jika mereka diarahkan sesuai tahapnya Insya Allah akan mudah untuk bekerjasama. Tahap-tahap yang dialami anak-anak di usia dini adalah tahap tidak perduli, tahap penonton, tahap main sendiri, tahap main berdampingan, tahap main bersama dan terakhir tahap main bekerjasama. Main bekerjasama ini akan muncul di usia 5-6 tahun jika tahap-tahap sebelumnya kita fasilitasi dan kita latihkan.
6. Mampu menggunakan motorik kasar dan halus serta kontrol dalam bemain.
Perkembangan motoric kasar dan halus ini sangat penting karena mempengaruhi kognisinya. Beri kesempatan anak untuk mengembangkan motoric kasarnya dengan mengajaknya berolahraga dan bergerak terarah, dan latihlah motoric halusnya denga bermain pasir, play dough dll.
Kegiatan-kegiatan yang mengembangkan motoric ini juga akan mengaktifkan indera mereka sehingga mereka akan mudah untuk control diri dan mampu mengelola diri.
7. Perkenalkan juga keterampilan dasar membaca dan menulis tanpa dengan mendrillingnya. Misalnya : di rumah kita bisa melabelisasi barang-barang yang ada di rumah, sehingga anak terbiasa dengan huruf, atau saat jalan-jalan bacalah tulisan-tulisan yang kita lihat, misal ada toko barokah, “de itu dibacanya toko barokah , ada huruf b didepannya” dan seterusnya.
Bacakan cerita setiap malam, dengan buku cerita yang menarik sehingga kosa kata anak banyak. Sedangkan untuk berhitungnya libatkanlah dalam kegiatan ketika makan, belanja atau jalan-jalan. Sama-sama menghitung piring, menghitung belanjaan atau menghitung kendaraan yang lewat. Buatlah kegiatan-kegiatan tersebut menyenangkan, sehingga anak akan termotivasi untuk terus mempelajarinya.
Jika kita mendrilingnya, apalagi memaksanaya dengan penuh tekanan hanya akan membuat anak tidak suka belajar atau membaca. Dan kalaupun mereka bisa, kebanyakan mereka akan kesulitan memahami bacaan ketika di SD kelak.
Ayah , ibu…., ternyata tidak hanya kemampuan calistung yang harus disiapkan, tetapi emosi, sosial dan kemandirian itu malah yang harus benar-benar kita latihkan pada anak kita, sebagai bekal masuk SD. Wallau’alam bissawab.
No comments: